Fanfic yang kupersembahkan untuk kisah cinta Hinata
Sebelumnya saya sudah mempublikasikannya di FAN
Please, Enjoy.
--------------------------------------------------------
Kalian tahu, saat
mencintai seseorang satu hal yang sangat diinginkan adalah menjadi ‘terlihat’.
Kalian pasti mengerti apa yang aku maskudkan. Menjadi ‘terlihat’, artinya
ketika orang yang kau cintai melihatmu dengan segala perasaannya.
Jika kalian bertanya
padaku mengapa aku berkata seperti itu, karena aku pun ingin menjadi ‘terlihat’
pada orang yang kucintai. Pemuda berambut kuning yang telah menawan hatiku
dengan tekadnya yang kuat dan pantang menyerah untuk menggapai mimpi, menjadi
Hokage dan membuat seluruh desa mengakuinya.
Semua orang di desa
membencinya karena selama hidupnya, dia membawa kutukan yang telah merusak
desa. Tapi tidak denganku. Pertemuan pertamaku dengannya adalah saat di mana
aku adalah sosok lemah yang bahkan tidak bisa mengalahkan adikku sendiri dalam
duel. Aku menangisi kelemahanku, membuatku menjadi sangat lemah. Suatu hari
pemuda berambut kuning menolongku dari anak-anak nakal dan saat itulah pemuda
itu menawan hatiku dengan senyumnya. Aku akan membuatnya melihatku.
Tapi, melihatnya
berusaha keras untuk menggapai mimpinya, membuatku terus berpikir, apakah aku
pantas untuk bersamanya? Aku yang lemah dan tidak bisa melakukan apapun ini apakah
mampu berada di sisinya? Apalagi hatinya hanya diberikan pada gadis berambut
pink itu, gadis cerdas yang menjadi teman satu timnya. Aku selalu bertanya,
Apakah Naruto bisa
melihatku?
Hingga suatu hari, saat
aku berdiri berhadapan dengan sepupuku sendiri, dan hampir saja menyerah dengan
kekalahanku, Naruto menyadarkanku, membangkitkan semangatku untuk tidak
menyerah. Dengan ucapannya, Naruto membawaku kepada jalan ninja yang akan
kutempuh. Aku bangkit dengan kebulatan tekad untuk menang.
Meski aku terluka parah
dalam kekalahan, satu hal yang pasti, Naruto mulai melihatku. Melihatnya
melindungiku, aku menjadi yakin, dengan menjadi kuat aku akan membuat Naruto
melihatku.
Kepergian sahabatnya,
seorang pemuda Uchiha membuatnya terpuruk. Melihatnya seperti itu membuat
hatiku pun terpuruk. Tidak peduli saat tubuhnya terluka parah, dia tetap
berusaha untuk membawa kembali sang Uchiha kepadanya, demi menepati janjinya
pada Sakura, gadis yang disukainya. Sakit? Ya, sangat. Tapi aku tida bisa
melakukan apapun. Yang kuyakini adalah, aku harus menjadi kuat agar dia bisa
melihatku suatu hari nanti.
Apa kau melihatku
Naruto?
Suatu hari, dia pergi.
Pergi dalam waktu yang lama demi menjadi kuat. Demi membawa kembali sahabatnya
dan demi menepati janjinya kepada Sakura. Aku hanya bisa melihatnya pergi,
pergi menjauh. Tapi aku berharap, saat dia kembali nanti, dia menjadi lebih
kuat demi mimpinya. Dan saat dia kembali nanti, dia akan melihatku, melihatku
yang telah menjadi shinobi yang kuat.
---
3 tahun adalah waktu
yang sangat lama untuk menunggunya. Tapi dia telah kembali dalam sosok yang
baru. Sosok yang membuatnya terlihat lebih dewasa dan kuat. Dan aku yakin dia
akan melihatku saat itu juga, karena aku telah menjadi kuat. Menjadi sosok yang
mampu untuk dilihatnya. Meski begitu, entah kenapa hatiku masih tidak cukup
kuat untuk bertemu dengannya. Apa karena Naruto telah berubah?
Yang kusesalkan saat
ini, perasaan Naruto kepada Sakura yang tidak berubah. Rantai bernama janji
yang mengikatnya, memaksanya untuk menjadi kuat, membuatku berpikir, apa aku
bisa masuk ke dalam hatinya?
Naruto, apa kau melihatku
yang telah menjadi kuat?
Aku tahu Naruto telah
menjadi sosok yang kuat. Aku sangat tahu itu. Melihat sosoknya yang seorang
diri melawan penyerang desa membuatnya tampak sangat gagah. Dia ingin melawan
kelompok berjubah hitam itu sendiri, tanpa
bantuan siapapun hanya untuk melindungi seluruh warga desa, dan aku tahu di
saat inilah dia mampu membuat seluruh warga desa mengakuinya. Meski kuat, tapi
membuatku menjadi sangat takut pada apa yang akan terjadi padanya nanti.
Yang kutakutkan adalah
saat dimana yang kulihat di depan mataku terjadi. Naruto terbaring di atas
tanah dengan benda-benda hitam menancap di tubuhnya, membuatnya tidak berdaya.
Tapi apa yang kulakukan di sini? Aku hanya melihatnya terluka begitu saja.
Bukankah aku menjadi kuat agar dia bisa melihatku? Berada di sini, melihatnya
bertarung seorang diri, membuatku menjadi sosok yang lemah. Apa yang kulakukan
selama ini? Seolah-olah latihan yang selama ini kulakukan tidak ada gunanya.
Apa keinginanku untuk menjadi kuat agar dia bisa melihatku terhenti di sini
saja?
Tidak.
Aku segera melompat,
berlari ke arahnya. Mengayunkan pukulanku untuk menjauhkan sosok berjubah hitam
itu dari Naruto dan aku. Aku tidak akan membiarkannya menyentuh melukai Naruto
lebih dari ini. Kudengar suara Naruto yang berteriak padaku, menyuruhku untuk
pergi. Tapi aku tetap di tempatku, berdiri untuk melindunginya.
Aku
selalu mengejarmu
Aku
ingin berjalan bersamamu setiap waktu
Aku
ingin berada di sisimu selalu
Kamulah
yang mengubahku, Naruto
Senyummu
yang menyelamatkanku
Itulah
mengapa aku tidak takut mati
Untuk
melindungimu
Karena,
Aku
Mencintaimu, Naruto
Sekarang
giliranmu untuk melihatku Naruto. Aku akan melindungimu.
Aku
berdiri di sini pada apa yang aku yakini
Karena
itulah jalan ninjaku
Aku bisa melawannya,
dan melindungi Naruto. Aku tidak mempedulikan rasa sakit dan darah yang
mengalir di pelipisku dan terus turun ke daguku. Aku akan melindungi Naruto.
Tapi saat tubuhku terhempas ke udara, dan jatuh dengan bebasnya ke tanah, apa
aku masih bisa melindungi Naruto?
Aku mendengar suara
Naruto yang memanggilku. Aku mendengarnya dengan jelas. Aku membuka mataku perlahandan rasa sakit itu
menyerangku. Aku berusaha berdiri meski terjatuh. Aku berjalan dengan tertatih,
menahan rasa sakit yang menyerang tubuhku. Naruto, aku akan melindungimu. Aku
sudah berjanji, meski aku mati, aku akan melindungimu.
Dan semuanya menjadi
gelap—
“Hinata? Apa yang
sedang kau lakukan di tempat seperti ini?”
Aku mendengar satu
suara yang sangat familiar, menyadarkanku dari lamunanku. Pemandangan desa
berganti menjadi sosok pemuda berambut kuning dengan jubah Hokage yang
dikenakannya. Aku tersenyum padanya lalu menyandarkan diriku pada pagar
pembatas, dan membiarkan angin membelai wajah dan rambutku. Kami sedang berada
di atap gedung Hokage sekarang.
“Aku hanya sedang
melamunkan sesuatu.”
Naruto mendekat dan
berdiri di sampingku. Naruto memegang pagar pembatas dengan kedua tangannya
lalu melihat pemandangan desa yang terhampar di depannya, dengan langit senja
yang indah. Aku juga berbalik, melihat pemandangan yang sama yang dilihatnya.
Kemudian dia mengalihkan wajahnya padaku.
“Apa yang sedang kau
lamunkan?” tanyanya.
Aku mengalihkan wajahku
padanya, membiarkan mata lavenderku bertemu dengan mata shappirenya.
Menciptakan ketenangan di antara kami berdua. Kemudian aku tersenyum.
“Rahasia.”
Naruto membelai
rambutku pelan membuatku merasakan ketenangan di setiap belaiannya, lalu
mendaratkan satu ciuman di keningku. Kami berpandangan sejenak, lalu dia
berbalik membelakangi pemandangan desa.
“Ayo, kita harus pulang
sekarang. Hari sudah sore.” Ujarnya, sambil memberikanku satu tangannya untuk
kugenggam.
Aku menggenggam
tangannya, saling menautkan jari-jari kami. Membiarkan kehangatan menjalar di
sela jari-jari kami. “Ya.”
Yang aku tahu sekarang,
Naruto telah melihatku.
azzeee... usaha hinata gak sia².. hha
BalasHapusyang terakhir itu keinginan terpendam dari sang author (saya sendiri) untuk menyatukan dua pasangan yang bikin saya geram. karena di komiknya gak jelas, nih dua sejoli bakal bersatu atau gak
BalasHapusceritanya bagus...
BalasHapusdasar yami aka ryube aka mamat....
pake ga mau ngaku segala waktu itu >_>
makasih, ukash senpai ^^
BalasHapussaya bukannya 'gak mau ngaku'
tapi saya cuma 'berhati-hati'
haha hati-hati sama siapa mamat-san?
BalasHapus