Jumat, 21 Juni 2013

Hitam

Dibalik topeng, pandanganku terbatas. Yang menjadi fokusku selama ini adalah kebencian, kebohongan, keserakahan, kemunafikan yang melayang disekitarku. Tidak menyadari warna lain di sekitarku. 


Untuk kesekian kalinya, aku menangis. Aku berteriak, mengutuk segala yang ada. Aku membenci dunia ini. Dan tidak menyadari, seseorang telah berdiri di belakangku, ia menghapus lingkaran yang kubuat. Ia menepuk kedua bahuku dan berbisik. Bisikan itu menembus kepalaku, mengalir dalam pembuluh darahku, mengirimkan rasa sakit yang menyadarkanku. 

Hitam.

Air mataku yang menghitam terus mengalir dan tidak dapat kuhentikan. Dan dalam waktu singkat, topengku, dan diriku tenggelam di dalamnya. Aku tenggelam dalam lautan gelap. Aku berusaha meminta tolong, aku berteriak tapi tidak ada satu suara pun yang keluar dari pita suaraku yang terus bergetar. Hanya suara bisikan yang bergema semakin keras dan keras.

"Jangan tangisi dirimu sendiri"

Dirimu sendiri.

Diriku sendiri.

Kebencian, kebohongan, keserakahan, dan kemunafikan yang selama ini kutangisi adalah diriku sendiri. Aku takut pada diriku sendiri, menutupinya dengan topeng yang semakin mengaburkan pandanganku.

Aku berusaha menggapai, apapun yang dapat kugapai. Tapi aku tidak menemukan apapun selain kehampaan. Hingga ketika aku mulai pasrah untuk semakin tenggelam. Ketika aku pasrah saat kegelapan perlahan melahap keberadaanku, satu tangan menggenggamku, tangan lain menopang tubuhku, menarikku dan membawaku keluar dari lautan kehampaan.

Raut kelegaan, senyum keikhlasan menyambutku. Tangan-tangan itu terulur, menarikku ke dalam satu pelukan yang menjalarkan kehangatan. Aku tersedu dalam dekapan yang selalu kuimpikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar