Lingkaran.
Lingkaran kecilku yang nyaman, hanya cukup untuk diriku sendiri.
Aku membuatnya sendiri, lingkaran untuk diriku sendiri.
Tujuanku hanyalah untuk menghindari bayangan gelap, suara samar, dan pikiran nyalang yang terus menerus beterbangan di luar sana. Menghindari segala hal yang tidak pernah kuinginkan.
Ketika aku harus -secara terpaksa- melangkahkan kakiku keluar dari lingkaranku yang aman. Aku mengenakan Topeng yang selalu sama, Topeng yang memberikan lingkungan kenyamanan di seluruh tubuhku. Topeng Senyuman.
Aku benci ketika bayangan-bayangan gelap itu mendekatiku, mengikis inchi demi inchi perisai kenyamanan yang kubuat. Aku benci ketika mereka berbisik, mengirimkan dengingan yang berusaha menerobos ke dalam hatiku. Aku benci ketika mereka meraihku, mencengkeram dan mengirimkan rasa takut ke seluruh kerangka tubuhku. Aku benci ketika mereka meliputi sekitarku dengan senyuman palsu yang merobek dan menorehkan luka ke hatiku.
Sakit.
Aku terpaksa bertahan di luar lingkaranku, aku terpaksa terpuruk dalam kabut gelap yang menyesakkan dada.
Tapi, aku harus tetap membalas dengan Topeng Senyuman yang tidak pernah kulepas. Memberikan kesan kepada mereka, kepada bayang-bayang gelap itu, bahwa kami 'dekat', bahwa aku 'ada' untuk mereka. Meski sebenarnya aku ingin berteriak. Meski sesungguhnya hatiku terasa teriris pelan ketika mengatakannya.
Aku ingin meninggalkan hatiku di dalam lingkaran kenyamanan, sehingga tidak ada luka lagi yang akan tertoreh di sana. Sehingga aku bisa tersenyum tanpa menanggung dosa kebohongan. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa meninggalkan hatiku di sana, sementara membiarkan tubuhku tercabik sendiri.
Karena Aku Takut.
Ketika aku kembali ke lingkaran nyamanku, melepas Topeng Senyuman ku, aku berlutut dan memeluk diriku sendiri. Kubiarkan air mataku mengalir dan berteriak dalam sendu. Aku bergetar berusaha menyingkirkan ketakutkanku, aku terisak dalam tangis, menjerit tanpa suara.
Aku dan lingkaran kecilku yang nyaman.
Aku tahu, Aku Sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar